Presiden Barack Obama kembali mendapat
kesempatan untuk memimpin Amerika Serikat selama 4 tahun ke depan. Namun
hampir seluruh warga paham betul bahwa masa jabatannya kali ini tidak
lebih ringan dibanding satu periode sebelumnya. Belum apa-apa, sang
presiden sudah harus berurusan dengan kongres yang didominasi Republikan untuk merumuskan suatu isu besar yang bernama 'Jurang Fiskal'.
Jurang
fiskal merupakan
ancaman terbesar bagi perekonomian Amerika. Mulai 1
Januari nanti, program pelonggaran fiskal yang dimunculkan oleh presiden
sebelumnya, George W. Bush, akan berakhir. Pelaku ekonomi dan warga
Amerika harus dihadapkan kembali pada realita di mana kenaikan pajak dan
pemangkasan anggaran kembali berlaku sesuai substansi Budget Control
Act of 2011. Kombinasi antara kedua ketetapan itu dipastikan berdampak
negatif terhadap perekonomian dan sumbangsih pemerintah pusat terhadap
kemajuan sektor bisnis. Di samping itu, masih ada pos belanja lain yang
harus dirampingkan mulai tahun depan, antara lain pengurangan dana untuk
keperluan pertahanan dan non-pertahanan, akhir dari tax holiday payroll
dan tunjangan pengangguran hingga pemangkasan biaya penggantian
(reimburse) untuk pengobatan dan kesehatan. Kombinasi dari seluruh
komponen fiskal tersebut memang akan menghasilkan penghematan anggaran
negara hingga $7 triliun untuk satu dasawarsa mendatang. Namun pil pahit
berupa fase resesi merupakan kodrat yang tidak bisa dihindari dalam
kondisi bisnis dan ekonomi yang serba pas-pasan.
Terdapat
beberapa skenario yang bisa terjadi dalam kurang dari dua bulan ke
depan. Pemerintah tentu menginginkan adanya suatu kebijakan yang
akomodatif terhadap perekonomian meski (mungkin) harus mengorbankan
keseimbangan keuangan negara. Sementara kongres telah berulangkali
menekankan keinginannya akan suatu neraca anggaran yang lebih seimbang.
Banyak yang meyakini bahwa kongres dan Gedung Putih akan menemukan
solusi guna menghindarkan Amerika dari keterpurukan. Hal itu
dimungkinkan karena tentu tidak ada satu pihak pun yang mau disalahkan
apabila nantinya kondisi perekonomian makin memburuk. Walaupun punya
sejarah hubungan yang kurang baik, baik Partai Republik (kongres) maupun
Demokrat tentu tidak ingin namanya tercoreng akibat ego masing-masing.
Perkiraan
lain menyebut tidak akan ada persetujuan soal aturan fiskal karena
kedua partai memiliki idealisme yang kuat dalam memandang pemberlakuan
pajak. Jika tidak ada pihak yang mau mengalah, maka kemungkinan resesi
sama sekali tidak akan terpikirkan oleh pengambil kebijakan. Hanya
krisis ekonomi besar yang mampu memaksa pemerintah dan kongres berlapang
hati menuju meja negosiasi.
Pejabat
legislatif harus memilih beberapa opsi seperti membiarkan aturan berlaku
sebagaimana mestinya, menggantikannya dengan kebijakan lain, mengubah
beberapa bagian, menunda atau bahkan membatalkan aturan sama sekali
sehingga peta kondisi saat ini tidak berubah banyak. Satu hal yang
pasti, keputusan kongres akan sangat mempengaruhi sendi-sendi ekonomi,
rating kredit negara dan beban hutang Amerika. Kegagalan menghindari jurang fiskal dan menaikkan plafon hutang negara pasti berimbas pada penurunan rating kredit Amerika di tahun 2013.
Jurang
fiskal memiliki sisi positif. Keberadaannya akan berakibat pada
penurunan defisit tahunan Amerika dalam rasio terbesar sejak 1969. Namun
perjalanannya tentu sangat menyakitkan karena secara harfiah,
pemerintah dipaksa menarik dana dari sistem perekonomian sebanyak lebih
dari $500 miliar. Suatu jumlah yang signifikan untuk memajukan lini
ekonomi dan kesejahteraan warga.
Sekarang
pelaku pasar hanya bisa menunggu formula apa saja yang diajukan oleh
kongres dalam beberapa pekan ke depan. Barack Obama sudah tegas
menyatakan bahwa ia tidak ingin ada kebijakan apapun yang cenderung
merugikan perekonomian. Kemenangan Obama di pilpres kemarin bisa
dibilang sama sekali tidak mengubah peta politik dalam kaitannya dengan
jurang fiskal. Perseteruan tetap ada dan ancaman veto sang presiden
tetap eksis, setidaknya sampai kedua pihak bisa duduk bersama dan
menyatukan persepsi tentang Amerika yang lebih baik.
sumber http://www.monexnews.com
No comments:
Post a Comment