Menteri perminyakan
Iran, Rostam Qasemi, mengatakan kepada media bahwa negaranya bisa
bertahan hidup meski tanpa pemasukan dari ekspor minyak mentah.
Pemerintah Teheran akan tetap menutup kontribusi minyak ke pasaran
apabila sanksi negara barat terus berlanjut. Qasemi menyebut pihaknya
sudah memiliki rencana alternatif untuk menggalang sumber pendanaan
baru.
"Jika terjadi, maka aksi Iran
akan lebih berdampak besar dibanding
6 bulan lalu," demikian analis
Trevor Houser, Rekanan di Rhodium Group. Menurutnya, efek dari
penghentian ekspor 800.000 per hari memang berpengaruh namun akan
terbatas. Pemerintah negara Eropa telah menetapkan sanksi pengiriman
minyak pada musim panas lalu dan pihak Amerika menutup segala kerjasama
dengan lembaga keuangan asal Iran. lebih dari itu, pihak otoritas kedua
wilayah juga mengejar institusi maupun pihak manapun yang masih
bersikukuh menjalin kerjasama dengan Teheran.
Masih
menurut Houser, satu tahun lalu volume ekspor Iran mencapai 2,5 juta
barel per hari, atau jauh di atas rata-rata saat ini yang hanya 800 ribu
barel. Konsumen terbesarnya adalah China, dengan total pembelian 300
ribu sampai 400 ribu per hari. Sementara Turki mengimpor 100 ribu sampai
200 ribu barel per hari dan Jepang memesan 100 ribu barel. Belum lagi
total pengiriman ke India yang jumlahnya tidak kecil. Turunnya volume
ekspor sebanyak itu jelas menjadi pukulan bagi neraca keuangan negara
Iran. Pemerintah Iran seharusnya memang sudah memiliki strategi baru
untuk menghindari terbangnya aset modal ke negara lain.
Namun
khusus bagi pasar minyak sendiri, tingkat harga kemungkinan langsung
naik beberapa persen apabila Teheran benar-benar memegang teguh
komitmennya. Akan tetapi tidak lebih dari itu karena pasar dunia kini
sudah ditopang dengan baik oleh impor dari Arab Saudi dan Irak, atau
bahkan Amerika Serikat. Bukanlah embargo Iran yang sebenarnya harus
dicemaskan oleh negara-negara barat, namun kemungkinan aksi blokade
Selat Hormuz oleh angkatan bersenjata Mahmoud Ahmadinejad sehingga lalu
lintas pengiriman minyak dari wilayah sekitarnya jadi terganggu. Potensi
itulah yang nantinya dapat melambungkan harga minyak mentah dunia
sampai resolusi perdamaian tercapai 100%. Harga kontrak minyak mentah
saat ini terpantau di $86.98 per barel.
sumber http;//www.monexnews.com
No comments:
Post a Comment